Merawat Kohesi Sosial Pasca Pemilu: Saatnya Menagih Janji, Bukan Mengungkit Polarisasi

Oleh: Pendy Wijanarko

(Staf Humas & SDM KPU Jakarta Timur)

Pemilu telah usai. Suara rakyat telah dihitung, para pemenang telah ditetapkan, dan proses demokrasi kembali menunjukkan kedewasaannya. Namun, di balik dinamika politik dan euforia hasil pemilu, ada pekerjaan besar yang menanti kita bersama yaitu merawat kohesi sosial agar semangat kebersamaan tidak terkoyak oleh perbedaan pilihan.

Pemilu Adalah Awal, Bukan Akhir

Pemilu seharusnya menjadi sarana untuk memperkuat persatuan, bukan alasan untuk memperlebar jarak antarwarga. Dalam setiap pesta demokrasi, perbedaan pilihan merupakan keniscayaan. Namun, setelah seluruh tahapan selesai, masyarakat perlu kembali pada kesadaran bahwa kita semua berada di perahu yang sama sebagai warga negara yang menginginkan kesejahteraan, keadilan, dan pemerintahan yang amanah.

Kini saatnya menggeser fokus dari siapa yang menang atau kalah, menuju bagaimana hasil pemilu dapat menghadirkan manfaat nyata bagi masyarakat luas. Pemilu bukan hanya momentum memilih, tetapi juga momen menanam harapan. Kini para kandidat telah menyampaikan visi, misi, dan janjinya kepada publik. Maka, pasca pemilu, masyarakat berhak dan bahkan wajib untuk menagih janji politik tersebut sebagai bentuk partisipasi aktif dalam demokrasi.

Menagih janji bukan tindakan konfrontatif. Sebaliknya, ia merupakan cara elegan untuk memastikan agar komitmen politik benar-benar diwujudkan menjadi kebijakan publik yang berpihak kepada rakyat.

Namun, penting diingat bahwa menagih janji tidak boleh dilakukan dengan mengungkit kembali polarisasi politik. Sudah saatnya kita menutup lembar perbedaan pilihan, dan membuka lembar baru pengawasan bersama terhadap kinerja pemerintahan terpilih.

Kohesi Sosial Sebagai Pilar Demokrasi

Sebagai bangsa yang menjunjung tinggi nilai-nilai persatuan, kohesi sosial merupakan fondasi utama agar hasil pemilu dapat diterima dengan lapang dada oleh semua pihak. Demokrasi tanpa kohesi sosial hanya akan melahirkan ketegangan berkepanjangan. Karena itu, masyarakat perlu terus memperkuat semangat gotong royong, saling menghargai, dan menjaga ruang publik tetap inklusif.

Dalam hal ini, KPU berkomitmen untuk terus melaksanakan pendidikan pemilih dan sosialisasi politik secara berkelanjutan dan berkesinambungan untuk menumbuhkan kedewasaan berdemokrasi di tengah masyarakat. Peran media, tokoh masyarakat, serta komunitas lokal juga penting untuk menjadi penyejuk suasana dan menjembatani komunikasi antara masyarakat dan pemimpin terpilih.

Menutup Luka, Menguatkan Harapan

Setelah semua suara dihitung dan keputusan ditetapkan, tibalah saatnya bagi kita untuk menatap ke depan. Tidak ada manfaat dari terus mengungkit perbedaan pilihan politik yang telah berlalu. Yang lebih penting adalah memastikan agar amanat rakyat dijalankan dengan sebaik-baiknya oleh mereka yang telah dipercaya.

Menagih janji politik adalah wujud kontrol sosial yang sehat; sedangkan menghindari polarisasi adalah kunci untuk menjaga keutuhan bangsa. Keduanya harus berjalan beriringan agar demokrasi kita tumbuh matang dan beradab.

Pada akhirnya, pemilu bukanlah akhir dari perjalanan demokrasi, melainkan awal dari tanggung jawab bersama untuk memastikan janji-janji politik berubah menjadi kerja nyata bagi seluruh rakyat Indonesia.

Catatan:
Artikel ini merupakan opini pribadi penulis dan tidak mencerminkan pandangan Lembaga maupun Redaksi

Bagikan:

facebook twitter whatapps

Dilihat 153 Kali.